Ada seorang pengembara tiba di sebuah negeri di Timur Tengah.
Orang ini mendengar ada seorang bijaksana di negeri itu, & ingin menemuinya.
Pria bijaksana itu di kenal saleh dan baik hati, sehingga sangat
dikasihi banyak orang. Untuk itu tidak sulit menemukan pria bijaksana
itu.
Ketika pengembara itu bertanya dimana rumahnya, setiap orang
yg di temuinya langsung menunjuk ke arah... ujung perkampungan dimana
berdiri sebuah gubuk reyot. Ketika ia mengetuk pintu gubuk itu, muncul
seorang pria tua yang mempersilahkan ia masuk.
Pengembara itu
sangat terkejut mendapati bahwa pria bijaksana itu tinggal di gubuk
reyot yag isi rumahnya hanya sebuah meja, sebuah kursi, satu kompor dan
alat memasak saja.
Karena merasa tidak nyaman, pengembara itu
bertanya, “Dimana perabot rumah Anda?” Orangtua tadi balik bertanya dgn
lembut, “Mana milik Anda?” “Tentu saja di rumah saya. Kan saya sedang
merantau, tidak mungkin saya membawa perabotanku.”
“Saya juga, Saya kan sedang merantau di dunia ini.”
Saudaraku... Apakah Anda sadar bahwa anda sebenarnya perantau di dunia
ini? Rumah anda adalah di sorga, di mana YESUS KRISTUS sedang
menyiapkannya bagimu. Namun banyak orang saat ini melupakan bahwa diri
mereka adalah perantau sehingga yang mereka menyibukkan diri
mengumpulkan harta di dunia ini.
Padahal pada akhirnya smua harta dunia itu tidak dapat mereka bawa ketika tiba saat untuk pulang ke rumah Bapa di Sorga.
"Saudara-saudaraku yang terkasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai
pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan
daging yang berjuang melawan jiwa." (1 Petrus 2:11)
Jangan Lupakan Bahwa Anda Adalah Perantau di Dunia. Gunakanlah Harta Duniawi Ini Untuk Menghasilkan Kekayaan Sorgawi !!
✪ SERAHKANLAH KEPADA TUHAN ✪
"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7)
Sahabatku yang terkasih di dalam Keluarga Kasih Kristus, ada sebuah
kisah tentang enam orang karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan
besar. Ke enam orang ini merupakan ujung tombak terbaik dalam
departemennya dan pernah mendapatkan predikat "The Best Employee"
(Karyawan Terbaik) dalam perusahaan tempat mereka bekerja saat ini.
Suatu kali perusahaan mengeluarkan kebijakan baru dalam jajaran
managemennya untuk melakukan pengurangan pegawai didalam setiap
departemen, dikarenakan sedang pailit. Ke enam orang karyawan inipun di
panggil oleh sang pimpinan, dan hasil dari pertemuan tersebut
menghasilkan bahwa salah satu dari mereka harus rela berhenti bekerja
karena perusahaan hanya membutuhkan lima orang profesional muda dalam
departemen tersebut. Alhasil salah seorang dari mereka yang masih
mempunyai anak yang kecil-kecil terpilih untuk kena PHK dan diberi waktu
satu bulan untuk mempersiapkan semuanya. Rasa haru dan sedih pun
melingkupi mereka seketika itu. Bagaimana mereka sudah bekerja
bersama-sama selama bertahun-tahun dalam sebuah team, namun salah satu
dari mereka harus berpisah.
Di saat mereka kembali ke ruang
kerjanya masing-masing, seorang yang akan terkena PHK ini nampak sangat
sedih sekali. Ia banyak bercerita bagaimana ia nanti menghidupi
keluarganya terlebih anaknya yang masih kecil-kecil. Air mata pun
berulangkali menetes dari pelupuk matanya. Bapak muda ini belum dapat
menerima kenyataan pahit yang harus terjadi kepadanya. Namun Tuhan
sangatlah baik dan teramat baik kepadanya, singkat cerita seorang rekan
kerjanya (salah satu dari ke enam profesional muda) yang lolos dari PHK
tersebut dan hanya satu-satunya seorang yang kristen Pengikut Tuhan
Yesus, serta belum berkeluarga, mendatanginya, dan berkata : " Bapak
tidak usah kuatir ya, biarkan nanti saya yang menghadap bapak direktur.
Izinkanlah saya saja yang menggantikan bapak dan biarlah bapak tetap
dapat bekerja untuk menghidupi keluarga dan anak-anak bapak.
Bagaimanapun juga segenap keluarga bapak sangat mengharapkan penghasilan
dari pekerjaan bapak ini ". Dan nampaklah seketika itu juga wajah
dukacita dari bapak muda tersebut terganti dengan wajah sukacita. Air
mata dari bapak tersebut sudah tidak terlihat lagi. Bahkan dengan
perasaan gembiranya ia memeluk rekan kerjanya yang rindu berkorban
baginya, sambil menjawab : " Terimakasih ya mas. Lantas kamu nanti
bagaimana..?? Kamu akan kerja dimana..?? ". Sambil menepuk pundak bapak
muda tersebut, pemuda inipun kembali berkata : " Bapak tidak usah
terlalu memikirkan saya, saya tulus dan ihklas, lagian saya masih muda,
dan saya belumlah berkeluarga. Saya masih dapat mencari pekerjaan yang
lain. Yang pasti bapak tetap dapat menghidupi keluarga bapak, saya sudah
sangat bersukacita ". Seketika itu juga bapak tersebut memeluk rekan
kerjanya yang rindu berkorban untuknya, sambil mengucapkan terimakasih
kepadanya.
"Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada
kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang
lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah
mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah
Para Rasul 20:35)
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah
pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya." (Markus 9:41)
Sahabatku, mari kita renungkan sejenak apa yang telah diperbuat sang
pemuda dalam kisah diatas, bagaimana ia berkorban untuk rekan kerjanya
yang lebih membutuhkan dalam hal pekerjaan. Bukankah seharusnya jikalau
si pemuda tersebut egois, ia tidak akan memberikan pekerjaan kepada
bapak rekan kerjanya tersebut..?? Bukankah si pemuda itu juga
membutuhkan pekerjaan itu..?? Apakah pemuda tersebut tidaklah
berhikmat..?? Sama sekali tidak, bahkan si pemuda itu telah memberikan
contoh dan teladan akan Kasih Tuhan, sebagai satu-satunya pengikut
Kristus, kepada kelima rekan kerja dalam departemennya. Pemuda tersebut
sangatlah berhikmat dan menaruh Iman Percaya Penuh kepada Tuhan. Pemuda
tersebut mengetahui bahwa bapak muda rekan kerjanya tersebut lebih
membutuhkan pekerjaan itu untuk menghidupi keluarganya dan anak-anaknya
yang masih kecil. Pemuda itu berserah penuh kepada Bapa di Sorga, bahwa
Tuhan nanti pasti akan menggantinya dengan sebuah pekerjaan yang lebih
baik lagi dan ia tidak akan pernah kehilangan upah-NYA. Pemuda tersebut
telah menyerahkan segala kekuatirannya kepada Tuhan, bahwa DIA sanggup
memelihara kehidupannya.
Bagaimana dengan saudara dan saudari
hari ini..?? Apakah masih ada rasa kekuatiran dalam kehidupan saudara
akan apa yang hendak dipakai, akan apa yang hendak dimakan..?? Apakah
masih ada kekuatiran dalam hidup saudari saat ini untuk berbuat baik,
menolong dan berbagi kasih kepada sesama..?? Janganlah kehilangan
semangat untuk menjalani hidup, hanya karena kita kehilangan sesuatu hal
yang berharga dalam kehidupan. Percaya dan serahkanlah semuanya tanpa
terkecuali kepada Tuhan dengan kesungguhan hati dan dengan segenap hati,
maka DIA akan menggantinya dengan berlipat kali ganda dalam kehidupan
kita. Amin.
"Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan
memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar
itu goyah." (Mazmur 55:23)
"Janganlah hendaknya kamu kuatir
tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu
kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi
4:6)
SERAHKANLAH segala kuatir kita kepada Tuhan, maka kita akan
senantiasa dimampukan untuk BERBAGI KASIH kepada sesama, dalam keadaan
suka maupun duka.
Hidup itu di ibaratkan sebuah "KAPAL"
Landasan kapal di ibaratkan "KEPERCAYAAN"
Dayung kiri adalah "KEJUJURAN"
Dayung kanan adalah "KERJA KERAS"
Agama adalah "KOMPAS"
Layar adalah "KEKUATAN"
Tuhan adalah "PELITA"
Ombak dan Angin adalah "MASALAH"
Ikan adalah "HARTA & CINTA"
Saat kita sedang berlayar mencari ikan...
Kita tidak dapat menghindari ombak dan angin yang keras....
Kita hanya dapat bertahan dan berjuang untuk tidak tenggelam....
Saat ombak menghantam kita.....
Gunakan layar kita, gunakan kompas untuk mengetahui di mana posisi kita....
Jangan biarkan landasan kapal kita bocor....
Dayung sekuat tenaga...
dan jangan lupa sebuah Pelita dapat menyelamatkan Hidup kita...
Tanpa sebuah pelita kapal kita akan Gelap dan kau tidak akan dapat melihat daratan.
GOD Bless you all forever and ever...
No comments:
Post a Comment